Thursday, 9 July 2020

Tahu 1000, Tempe 1000

Ke pasar adalah hal yang menyenangkan buat saya. Apa lagi pas weekend. Berbelanja di pasar adalah hiburan. Maklum, tinggal di kota kecil. Yang ada hanya mol kelapa, mol kopi dan mol jagung. Ahahaha. Bukan mall. Eh ada juga mol bale - bale. :D

Menjadi anak rantau yang merangkap anak kos yang percaya diri untuk masak tanpa peralatan yang memadai menjadi tidak masalah. Yaaaa, dari pada lambung meronta - ronta. Hahaha. Karena kalau sakit, sakit sendiri. Siapa mau help? Hahaha.

Hari sabtu saya dan teman kos jalan - jalan ke pasar yang 'sesungguhnya'. Beda halnya saat hari kerja. Kalau sayur habis biasanya sepulang kantor saya singgah di sebuah rumah mirip kios yang menjual sayur dan bumbu - bumbu lainnya. Karena pasar agak jauh dari kosan. Karena tak punya kulkas, jadinya kami membeli sayur tiap sore.
Di tempat yang sama ada seorang pemuda yang menjual tahu tempe.

Di suatu sore yang mendung, sepulang kantor saya mampir untuk beli sayur seperti biasanya. Karena lagi pengen makan tahu tempe, jadi saya berencana membeli tahu. 1 potong tahu yang ukurannya cukup besar dan 1 tempe, menurut saya cukup untuk makan malam kami. Takut rusak kalau disimpan sampai besok pagi.
Setelah membeli sayur, saya lalu menuju tempat penjual tahu tempe.

"Om, tempe 1 dengan tahu 1 e". Saya memulai transaksi sambil membayar dengan uang Rp. 2.000.
Tanpa ba bi bu, Om penjual mengisi 2 potong tahu dan 1 tempe.
"Om, saya mau tahu 1 saja. Bukan 2. Kenapa kasi 2 to?" Tanya saya sambil bingung - bingung.
"Tidak kaka. Kasian to, masa beli 1 saja". Kata dia.
"Waaa, memangnya kenapa kalau saya beli tahu 1?" Tanya saya.
"Tidak juga kaka". Jawabnya.
"Om, sa mau tau 1 dengan tempe1 saja. Terlalu banyak nanti besok sudah rusak. Om ambil kembali sudah itu tahu 1". Saya menjawab sambil menyodorkan plastik berisi tahu.

"Tidak apa - apa kaka. Anggap saja bonus supaya langganan". Jawabnya.
"Terimakasih Om" jawabku sambil berlalu.


Dalam perjalanan pulang, saya berpikir "Apakah saya harus menjelaskan kepada semua penjual bahwa, saya anak kos, tidak punya kulkas jadi secara sengaja membeli makanan secukupnya saja?"
Ataukah "saya pung muka ini muka susah jadi orang - orang kasihan?"
Hahahaha.
Kita memang terlalu banyak berasumsi untuk banyak hal. Bahkan seharusnya untuk hal yang bukan urusan kita

Menerka - nerka, menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa tau apa - apa.


2 comments:

  1. The power of anak kos 😆 next bisa tuh kak share pengalaman belanja di butik..hahaaa

    ReplyDelete
  2. Hahahaha. Siap Ka Ze.Explore Butik Sumba, butik Kupang sampe butil Ozi 😁

    ReplyDelete

2020

  Hampir tiba di ujung tahun yang dengan lelah dilewati Tahun yang cantik dan penuh refleksi Tahun yang penuh dengan penundaan dan kembal...