Saturday, 28 November 2020

2020

 


Hampir tiba di ujung tahun yang dengan lelah dilewati
Tahun yang cantik dan penuh refleksi
Tahun yang penuh dengan penundaan dan kembali berencana
Hari2 yang diisi dengan banyak pertanyaan dan merubah jadwal
Kapan ini berakhir dan kapan bisa kembali?
Jam2 yang pilu
Hampir selesai terlewati
Namum belum usai

Kembali mendekati awal tahun
Orang - orang mulai refleksi
Apakah masih bisa bertahan?
Apakah masih kuat?

1000 rencana mulai disusun,
Tanpa jeda, terjun, bebas.
Mimpi - mimpi datang lagi.
Senyum kembali karena semua terngiang di kepala.

Thursday, 6 August 2020

Hadiah atau Beban?


 
Siapa sih yang tidak suka jika dikasih hadiah?

Yang jelas pasti semua suka. Apa lagi kalau hadiah itu berupa barang yang kita sukai atau yang sudah kita incar begitu lama. Sudah tentu kita akan sangat berbunga2. Mengambil gambar kemudian memposting hadiah tersebut di laman media sosial menjadi kebahagiaan tersendiri 😀

Oke, mari kembali ke hadiah.

Setelah kita menerima hadiah itu, kita tentu sangat bahagia. Cara kita menunjukkan kebahagiaan itu berbeda - beda. Ada yang sering menggunakannya dengan harapan bahwa sang pemberi akan bahagia ketika melihat pemberiannya bermanfaat untuk kita. Tetapi, ada pula yang menyimpannya karena sayang jika nanti digunakan.

Kalau kusam bagaimana? Kalau rusak? Aduh, nanti hilang. Jangan - jangan nanti si pemberi marah kalau rusak? Dan masih banyak lagi ke khawatiran lainnya. Hadiah disimpan rapi, sesekali dilihat - lihat sambil mengungkapkan kenangan dan menyesal karena mungkin sudah tidak muat.

Baju ini temanku yang dari Medan dulu saat dia bertugas di sini. Tapi sudah sesak. Mau dikasih ke orang, tidak enak. Karena ini pemberian. Lemarimu sudah penuh, baju tidak dipakai. Galau!

Sepatu ini dari temanku di Kupang. Hadiah ulang tahun. Tapi sudah tidak cukup. Rak sepatu sudah tidak bisa menampung. Jadi hanya disimpan begitu saja diteras. Bermanfaat?

Seiring berjalannya waktu, kita tetap mempertahankan semua hadiah - hadiah yang sudah tidak bisa lagi kita manfaatkan. Akhirnya bukan lagi jadi kebahagiaan tapi jadi beban.
Disimpan bingung, dikasih ke orang lagi sayang, ini kenangan.
 

 Lalu baiknya bagaimana? Hahaha.
 
Sebenanrnya ini pilihan. Dulu saya pernah terjebak dengan situasi ini. Tidak rela mengalihkan pemberian orang. Dan saya bertemu dengan seseorang dan berkata : untuk apa kau simpan semua padahal tidak bisa dipakai jugakan? Bikin makan tempat sa! Akan lebih bermanfaat jika ditangan orang lain.
 
Ada benarnya juga. Ini saya lakukan bukan karena tidak menghargai pemberian orang lain, tapi agar pemberian itu tidak mubazir. Dari pada jadi beban lebih baik jadikan lebih berguna meskipun di tangan orang lain.
 
Tidak semua hadiah harus kita simpan dalam bentuk benda, ada kalanya lebih baik jika kita simpan dalam bentuk kenangan. 

Saturday, 11 July 2020

Social Media

Saat ini, siapa sih yang tidak tau atau tidak punya akun media sosial? Mungkin hanya segelintir orang. Ada yang punya akun lebih dari 1 dan bahkan, bayi yang baru lahir saja sudah punya akun instagram atau facebook. Padahal bayi ini belum bisa apa - apa :D
Apa sih tujuannya punya akun di media sosial? Kalau saya sih dulu awal mendaftar hanya ikut - ikutan. Biar dibilang hits. Karena tidak tau juga fungsinya apa. Hanya sekedar untuk menulis status galau atau sekedar posting foto. Hahaha.

Dalam seper sekian detik kita bisa mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain.

Saat ini fungsi media sosial sudah berbeda dengan 10 tahun lalu. Dulu, media sosial digunakan begitu - begitu saja. Sekarang, media sosial bukan saja digunakan untuk update status atau foto tapi juga untuk hal lain seperti berjualan, promosi dan saat pandemi Covid fungsi media sosial meningkat menjadi tempat belajar dan berbagi informasi penting. Dimana, banyak kegiatan trainning yang disiarkan melalui media sosial. Mudah bukan? Bayangkan dengan keadaan seperti ini, dan belum ada media sosial yang mudah diakses? Kita mungkin akan sedikit kesulitan. Selain menambah jaringan pertemanan, melalui media sosial juga kita dapat berbagi informasi dengan orang lain.


Sedikit ceritera tentang manfaat media sosial yang saya dapatkan selain untuk berjualan. Tahun 2016, saya melihat postingan seorang teman di facebook seseorang tentang lowongan pekerjaan. Lalu, saya mencari informasi lebih lanjut dan mencoba melamar pekerjaan tersebut dan diterima. Beberapa kali ditahun - tahun sebelumnya, saya melihat postingan lain tentang kesempatan belajar di luar negeri, kesempatan belajar Bahasa Inggris dan saya mencoba tapi belum berhasil. Banyak kali saya mencoba peruntungan melalui informasi yang saya dapat dari media sosial.

Memang harus diakui bahwa kita menghabiskan banyak waktu mengakses media sosial. Rasanya kalau tidak buka Facebook, liat story WA, liat insta stories dan baca - baca trending topic di twitter dalam 1 hari itu aneh dan kurang afdol kalau belum upload stories. Yang tentu saja mengakses media sosial cukup menguras kuota internet, ujung - ujungnya pengeluaran untuk membeli pulsa jadi meningkat.

Hayooo jujur, siapa yang pembelian pulsanya meningkat selama pandemi karena harus #dirumahsaja? 

Coba dipikir - pikir, berapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk mengakses media sosial dalam sehari? Banyak? Aksesnya apa saja? Apakah hanya sekedar melihat - lihat postingan teman lagi jalan atau nongki - nongki?

Friday, 10 July 2020

Review, Feed back, Testimoni, Bintang



Di era serba canggih ini, kita hidup serba online. Dengan bantuan banyak aplikasi dan website sangat memudahkan hidup. Lalu, kenapa kita bisa begitu familiar dengan aplikasi yang terinstal? Atau, mengapa kita memilih membeli sesuatu di aplikasi X dan Y? Membeli barang A di si C. Dan seterusnya. Lalu, mengapa kita lebih memilih menonton drama korea di aplikasi B dari pada aplikasi D. Kita lebih suka investasi emas dari pada saham.

Sebelum kita menjatuhkan pilihan pada sesuatu maka hal pertama yang kita lakukan adalah melihat rating bintang dari penjual atau aplikasi yang kita inginkan. Membaca komentar - komentar pembeli dengan seksama, melihat ulasan - ulasan yang diberikan dan ada juga yang mencari review orang - orang dari apa yang kita cari. Bahkan, saat ini begitu larisnya jasa endorsment dan review dari public figure. Fungsinya apa? Meyakinkan pembeli.

Seberapa penting ulasan atau penilaian itu?
Sangat penting. Karena itu menjadi salah satu tolak ukur ketertarikan orang - orang yang akan membeli. Contoh, saya akan berpikir lebih lama jika membeli barang di toko yang berbintang 2 atau 3. Kadang, jika berbelanja online maka akan memfilter toko dengan sebutan "star seller".
Ulasan - ulasan dan feedback tersebut juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan pelayanan yang tentu saja akan berdampak pada profit. Hal itu juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. 

Jika pembaca yang budiman bertransaksi atau melakukan sesuatu dan diminta untuk memberikan feedback, jangan ragu untuk melakukannya. Jangan lupa, lakukanlah dengan jujur. Supaya yang diberi komentar dapat memperbaikinya. Apakah kamu adalah orang yang tidak tega untuk memberi bintang 1? 🙂

Thursday, 9 July 2020

Tahu 1000, Tempe 1000

Ke pasar adalah hal yang menyenangkan buat saya. Apa lagi pas weekend. Berbelanja di pasar adalah hiburan. Maklum, tinggal di kota kecil. Yang ada hanya mol kelapa, mol kopi dan mol jagung. Ahahaha. Bukan mall. Eh ada juga mol bale - bale. :D

Menjadi anak rantau yang merangkap anak kos yang percaya diri untuk masak tanpa peralatan yang memadai menjadi tidak masalah. Yaaaa, dari pada lambung meronta - ronta. Hahaha. Karena kalau sakit, sakit sendiri. Siapa mau help? Hahaha.

Hari sabtu saya dan teman kos jalan - jalan ke pasar yang 'sesungguhnya'. Beda halnya saat hari kerja. Kalau sayur habis biasanya sepulang kantor saya singgah di sebuah rumah mirip kios yang menjual sayur dan bumbu - bumbu lainnya. Karena pasar agak jauh dari kosan. Karena tak punya kulkas, jadinya kami membeli sayur tiap sore.
Di tempat yang sama ada seorang pemuda yang menjual tahu tempe.

Di suatu sore yang mendung, sepulang kantor saya mampir untuk beli sayur seperti biasanya. Karena lagi pengen makan tahu tempe, jadi saya berencana membeli tahu. 1 potong tahu yang ukurannya cukup besar dan 1 tempe, menurut saya cukup untuk makan malam kami. Takut rusak kalau disimpan sampai besok pagi.
Setelah membeli sayur, saya lalu menuju tempat penjual tahu tempe.

"Om, tempe 1 dengan tahu 1 e". Saya memulai transaksi sambil membayar dengan uang Rp. 2.000.
Tanpa ba bi bu, Om penjual mengisi 2 potong tahu dan 1 tempe.
"Om, saya mau tahu 1 saja. Bukan 2. Kenapa kasi 2 to?" Tanya saya sambil bingung - bingung.
"Tidak kaka. Kasian to, masa beli 1 saja". Kata dia.
"Waaa, memangnya kenapa kalau saya beli tahu 1?" Tanya saya.
"Tidak juga kaka". Jawabnya.
"Om, sa mau tau 1 dengan tempe1 saja. Terlalu banyak nanti besok sudah rusak. Om ambil kembali sudah itu tahu 1". Saya menjawab sambil menyodorkan plastik berisi tahu.

"Tidak apa - apa kaka. Anggap saja bonus supaya langganan". Jawabnya.
"Terimakasih Om" jawabku sambil berlalu.


Dalam perjalanan pulang, saya berpikir "Apakah saya harus menjelaskan kepada semua penjual bahwa, saya anak kos, tidak punya kulkas jadi secara sengaja membeli makanan secukupnya saja?"
Ataukah "saya pung muka ini muka susah jadi orang - orang kasihan?"
Hahahaha.
Kita memang terlalu banyak berasumsi untuk banyak hal. Bahkan seharusnya untuk hal yang bukan urusan kita

Menerka - nerka, menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa tau apa - apa.


Wednesday, 8 July 2020

Tentang pilihan 2.




Kahi sudah selesai dari masa putih abu - abunya. Dia sudah tidak lagi berurusan dengan kegiatan bangun pagi, sekolah, pulang dan berakhir dengan mencuci seragam sekolah minggu pagi. 
Aroma kebebasan mulai terasa. Hanya sayangnya, kebebasan ini tidak indah. Karena harus menunggu 1 tahun lagi baru bisa kuliah. 12 bulan, waktu yang cukup lama. Apa lagi jika menunggu. Sehari rasanya sebulan. Kahi mau pulang kampung, tapi di kampung mau buat apa? Bingung juga. 

"Kahi, pulang saja dulu di kampung, biar bantu - bantu mama sedikit urus nasi babi". Begitu isi sms yang masuk. Keesokan harinya, Kahi pulang kampung. 

Di kampung, aktifitas Kahi sehari - hari adalah membantu ibunya mengurus rumah dan lain - lain. Suatu sore, saat sedang minum kopi, Kahi memberanikan diri untuk mengajak ibunya berdiskusi tentang rencananya. 

"Mama, saya mau coba kursus komputer dulu kalau mama ada uang. Biar abis itu, saya coba cari kerja dulu di kota. Cari pengalaman dulu sedikit mama. Sambil tunggu kuliah. Ia mama?" Ucap Kahi.
" Mahal ko Kahi kalau kursus? Jangan sampe kita tidak ada uang. Tapi, coba saja cek dulu. Sambil saya kumpul uang sedikit - sedikit." Ibunya menjawab.

Kahi senang bercampur bingung.
"Ia mama. Saya coba cek dulu besok di kawan dorang". Balas Kahi.

Beberapa minggu kemudian, Kahi akhirnya kursus. Kahi kursus selama 3 bulan. Maklum, saat SMA pelajaran komputer hanya sekali dalam seminggu. Itu pun hanya dapat kesempatan selama 1 jam di lab komputer. 


Selesai kursus, akhirnya Kahi mencari pekerjaan.
Menanyakan info lowongan pekerjaan di beberapa tempat, akhirnya Kahi mendapat kesempatan bekerja. Judul pekerjaannya adalah 'pegawai' toko bagian komputer kombinasi bagian gudang, admin, 'tukang' tally barang masuk dan keluar dan merangkap masak ikan cuka ala Sabu permintaan Aci kalau tiba - tiba ngidam dan sisa tugas tambahan apa yang dikerjakan setiap hari. 😀

Belajar dan bekerja adalah 1. Hanya kadang kita sering membedakannya. 3 bulan berlalu, dan ilmu dari kursus komputer rupanya sangat bermanfaat. Mulai dari insiden melebarkan kolom yang berisi nomor urut dengan tanda # sampai dengan belajar akses internet dan belajar mengirimkan email. Bekerja dari jam 7.30 pagi sampai jam 5 sore. Kadang - kadang sampai waktu yang tidak ditentukan. Dengan upah yang tidak terlalu besar, saat sudah bisa cari uang sendiri adalah pencapaian. Meski tidak seberapa. 
Saat sedang bekerja, Kahi mendapat kabar bahwa ibunya harus dioperasi. Kalau saat itu kata "galau" sudah hits seperti sekarang, maka kata itulah yang menggambarkan perasaan Kahi saat itu. Ayahnya sudah tiada, ibunya sakit. 
Tapi, keluarga selalu ada. Dukungan dari keluarga sangat kuat, itu mampu menghalau kegalauannya. Semuanya berjalan dengan lancar dan baik. 

Sudah hampir setahun Kahi menikmati kebebasannya dengan aturan yang lain.
"Kahi, cek - cek sudah pendaftaran kuliah. Daftar sudah kalau su buka". Isi SMS masuk malam itu. 

"Iya mama. Nanti saya cek". Sms balasan Kahi untuk ibunya.

Pesan itu berarti bahwa Kahi harus sudah segera ijin untuk berhenti bekerja untuk lanjut kuliah. Tapi, Kahi seperti tidak rela kehilangan pekerjaan. Kahi mencoba negosiasi dengan majikannya.
"Ci, saya mau kuliah. Kalau saya tetap kerja trus ambil kuliah malam bisa tidak? Tapi saya harus pulang lebih cepat sudah dari biasanya" Kahi mulai berdiskusi. 

"Kahi, saya sudah coba omong dengan Ongko yang lalu. Karena saya sudah dengar yang Kahi ceritera yang lalu dan Ongko tidak mau". Jawab majikannya.
"Ia Ci. Tidak apa - apa. Mulai bulan depan saya berhenti sudah kerja". Kata Kahi pada majikannya.

"Ya Kahi. Saya harus cari orang baru lagi, ajar lagi sama dia ni. Pusing su saya". Balas Aci pada Kahi.

Kahi kembali ke rumah dengan penuh kesedihan karena harus berpisah dengan majikannya dan gugup karena harus bersiap untuk pilihan lain dalam hidupnya. 

Kita memang akan selalu jadi bagian dari hidup orang lain. Entah berapa lama waktu yang kita habiskan bersama, itu selalu berarti.

Pilihan itu ibarat memetik bunga. Kita akan memilih bunga yang paling bagus, dengan konsekuensinya.

Tuesday, 7 July 2020

Tips dan Trick Anti Prank Belanja Online


Jaman secanggih ini dan dengan fasilitas dalam genggaman, kita sudah dengan sangat mudah melakukan banyak hal. Termasuk belanja. Ini adalah aktifitas yang paling membahagiakan terutama kaum rebahan. 


Shopping sambil mageran di kamar 🤭 betapa membahagiakan bukan? Apa lagi dengan adanya wabah seperti ini yang membuat kita #dirumahsaja. Akses media sosial menjadi lebih sering ditambah dengan makin banyaknya postingan jualan berseliwaran di Instagram, Facebook dan Whatsapp kita makin semangat "cuci mata" atau sekedar iseng chat atau komentari postingan penjualnya "aduh, lucu. Cek harga dong sis." Hihihi. Lalu, chit chat berlanjut. Deal, transfer dan selesai. Tinggal menunggu resi pengiriman dan barang akan tiba sesuai dengan waktu yang sudah diinformasikan penjual. 

Hemat biaya dan energi.

Semudah itu pemirsaaaa :P. 

Tapi, tidak jarang saat ini penjual online abal - abal alias gadungan. Saya, selaku penjual online syeeedihhhh melihat fenomena ini. Bisa kena imbas juga kalau konsumen takut tertipu belanja online. Kalau Bun and Sis sering #belanjadarirumah atau #belanjadarimanasaja ada beberapa tips dan trick yang menurut saya bisa digunakan untuk memastikan online shop itu bukan penipuan biar jangan zonk. :D 

1. Membeli kebutuhan di market place yang besar. Jika membeli di market place besar kita tidak langsung membayar kepada penjual. Jadi, pesanan belum tiba dalam jangka waktu yang sudah diperkirakan tanpa ada pemberitahuan kita bisa mengajukan komplain atau refund dana yang sudah kita bayar. Saat ini sudah ada layanan COD alias Cash on delivery atau pembayaran ditempat, saat barang diantar. Jika pakai layanan ini pastikan cash kita aman ya. Sebelum membeli, pastikan kita membaca review atau testimoni dari pembeli sebelum - sebelumnya. Biar kita punya gambaran tentang barang yang akan dibeli.

2. Membeli dipenjual yang kita lihat di Facebook atau Instagram. Ini sedikit lebih repot :D, apa lagi kalau kita tidak kenal sama sekali. Untuk memastikan ini bukan akun bodong, teman - teman bisa cek dulu postingan - postingan jualannya sudah sejak kapan. 1 bulankah? 2 bulankah? Atau sudah bertahun - tahun. Jika baru 1 sampai 3 bulan, kita harus bisa mencari tahu lebih dalam. Selanjutnya, kita bisa cek komentar - komentar di akun tersebut. Atau, bisa juga melihat apakah ada postingan orang yang di tag ke akun tersebut? Kalau semuanya tidak, mari menganalisa lebih dalam. Coba untuk menanyakan harga. Jika harganya tidak pas entah karena menurut kita terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk jenis barang tertentu, silahkan bertanya. Mengapa harganya cukup tinggi atau cukup rendah. Analisa penjelasannya. Coba untuk bertanya ke teman, saudara atau google. Kalau semua dirasa masuk akal dan kita merasa pas. Silahkan deal. Biasanya penjual akan mengecek biaya kirim dan mengirimkan total yang harus dibayar. Langkah terakhir sebelum melakukan pembayaran, kita bisa mengecek nomor rekening penjual tersebut apakah bermasalah atau tidak. Atau pernah dilaporkan karena melakukan penipuan. Untuk pengecekan nomor rekening bisa langsung ketik di mesin pencari google : cek rekening atau klik link : https://cekrekening.id/ atau ini https://www.kredibel.co.id/ 
Cara pengecekan sangat mudah, tinggal memasukkan nomor rekening dan nama bank saja. Jika rekening tersebut bermasalah makan saat dicek akan langsung kelihatan dilaman website. 


Tidak mengapa sedikit lebih repot diawal, dari pada sakit hati kemudian. 

2020

  Hampir tiba di ujung tahun yang dengan lelah dilewati Tahun yang cantik dan penuh refleksi Tahun yang penuh dengan penundaan dan kembal...